Malam itu, di Stadio Artemio Franchi, David de Gea menjelma menjadi pahlawan bagi Fiorentina. Dengan refleks gemilang, ia menepis dua tendangan penalti AC Milan, menjadi kunci kemenangan La Viola dengan skor 2-1. Kehebatannya di bawah mistar gawang langsung menjadi sorotan, memicu gelombang diskusi dan pertanyaan: apakah Manchester United menyesal telah melepasnya?
De Gea, kiper yang telah membela Manchester United selama 12 musim, meninggalkan Old Trafford di akhir musim 2022/2023. Keputusan ini, yang diambil oleh manajer Erik ten Hag, membuka jalan bagi Andre Onana untuk menjadi penjaga gawang utama Setan Merah. Namun, performa De Gea di Fiorentina, khususnya dalam laga kontra Milan, seolah menjadi hantu masa lalu yang menghantui Manchester United.
"Emyu ga nyesel ngelepas de gea buat ngasih tempat ke onana?" tanya @iriswanto di Twitter. Pertanyaan ini, yang diutarakan oleh salah satu pengguna media sosial, mewakili rasa penasaran dan kekecewaan banyak fans Manchester United.
"Ten hag kalo udah gak menjabat di MU harus diadili sih. Kejahatannya gak main": depak CR,De gea,Sancho,dll; -beli pemain ugal"an; berakhir flopp; ngasih harapan tsunami trophy dll," ungkap @afyp14. Kritik pedas ini menyinggung keputusan Erik ten Hag yang dianggap terlalu cepat dalam membuang pemain berpengalaman seperti De Gea.
Namun, tidak semua komentar bernada negatif. "Refleks De Gea masih bagus, mantan kiper MU ni bos. Good Job De Gea," puji @jati_haryo15418. Pujian ini menunjukkan bahwa De Gea masih memiliki tempat di hati para penggemar Manchester United, meskipun ia telah berganti seragam.
"Diisaat MU lagi terpuruk, De Gea & McTominay yg ‘dibuang’ MU malah bersinar di Serie A," ujar @ridwantebellum. Pernyataan ini menggarisbawahi ironi situasi, di mana pemain yang dianggap tidak lagi dibutuhkan oleh Manchester United justru menunjukkan performa gemilang di klub lain.
"MU menyingkirkan de gea demi onana aja sdh heran quadrat, onana itu b aja di ajax, di intet ketulung bek inter rapi aman, ke MU ya balik stel pabrik b aja," ungkap @Wahyu_pada7. Kritik ini menyoroti performa Onana yang dianggap tidak secemerlang De Gea, bahkan di Ajax, klub yang membesarkan namanya.
"Apa gk nyesal MU buang de gea, nge save 2 x pinalti ac milan cok," kata @romiharahap3. Pertanyaan ini, yang diutarakan dengan nada sinis, seolah menjadi puncak dari kekecewaan fans Manchester United.
Lantas, apakah Manchester United menyesal telah melepas De Gea? Pertanyaan ini sulit dijawab secara pasti. Namun, performa gemilang De Gea di Fiorentina, khususnya dalam laga kontra Milan, menjadi bukti nyata bahwa ia masih memiliki kualitas yang mumpuni.
Pertanyaan ini juga membuka diskusi yang lebih luas tentang peran kiper dalam sepak bola modern. Apakah kiper modern harus memiliki kemampuan bermain kaki yang mumpuni seperti Onana, atau tetap mengandalkan refleks dan kemampuan menghentikan tembakan seperti De Gea?
Erik ten Hag, yang memiliki visi berbeda dalam membangun Manchester United, mungkin memiliki jawaban atas pertanyaan ini. Namun, performa De Gea di Fiorentina menjadi pengingat bahwa keputusan yang diambil tidak selalu tepat, dan bahwa masa lalu terkadang kembali menghantui.
De Gea: Kiper yang Tak Terlupakan di Old Trafford
David de Gea bergabung dengan Manchester United pada tahun 2011, didatangkan dari Atletico Madrid. Sejak saat itu, ia menjadi salah satu kiper terbaik di Premier League, bahkan dunia.
Selama 12 musim membela Setan Merah, De Gea telah menorehkan berbagai prestasi gemilang. Ia telah memenangkan satu gelar Premier League, satu Piala FA, satu Piala Liga, dan satu Liga Europa. Ia juga telah dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Manchester United sebanyak dua kali.
De Gea dikenal dengan refleksnya yang luar biasa, kemampuannya dalam menghentikan tembakan, dan keberaniannya dalam menghadapi para penyerang lawan. Ia juga menjadi salah satu kiper yang paling konsisten di dunia, dengan catatan clean sheet yang mengesankan.
Namun, De Gea juga memiliki kelemahan, yaitu kemampuan bermain kakinya yang dianggap kurang mumpuni. Di era sepak bola modern, di mana kiper dituntut untuk memiliki kemampuan bermain kaki yang mumpuni, kelemahan De Gea ini menjadi sorotan.
Onana: Harapan Baru di Old Trafford?
Andre Onana, kiper asal Kamerun, bergabung dengan Manchester United pada musim panas 2023. Ia didatangkan dari Inter Milan, klub yang ia bela selama dua musim.
Onana dikenal dengan kemampuan bermain kakinya yang mumpuni, serta kemampuannya dalam mengorganisir lini belakang. Ia juga memiliki kemampuan dalam menghentikan tembakan, meskipun tidak secemerlang De Gea.
Onana diharapkan dapat menjadi solusi bagi Manchester United dalam membangun gaya permainan yang lebih modern. Namun, performa Onana di awal musim 2023/2024 masih belum konsisten, dan ia masih perlu waktu untuk beradaptasi dengan gaya bermain Manchester United.
De Gea vs Onana: Perbandingan dan Kontroversi
Perbandingan antara De Gea dan Onana menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Keduanya memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing.
De Gea memiliki refleks yang luar biasa, kemampuan menghentikan tembakan yang mumpuni, dan pengalaman yang kaya. Namun, kemampuan bermain kakinya masih menjadi kelemahan.
Onana memiliki kemampuan bermain kaki yang mumpuni, kemampuan mengorganisir lini belakang yang baik, dan kemampuan menghentikan tembakan yang cukup baik. Namun, pengalamannya masih kurang dibandingkan dengan De Gea.
Perbandingan ini memunculkan pertanyaan: siapa yang lebih baik, De Gea atau Onana? Jawabannya tidak mudah, karena keduanya memiliki peran dan gaya bermain yang berbeda.
De Gea lebih cocok untuk tim yang mengandalkan serangan balik dan pertahanan yang solid. Onana lebih cocok untuk tim yang mengandalkan penguasaan bola dan permainan menyerang.
Kesimpulan
Performa gemilang David de Gea di Fiorentina menjadi pengingat bahwa keputusan yang diambil tidak selalu tepat. Ia mungkin tidak lagi menjadi kiper Manchester United, tetapi ia masih memiliki kualitas yang mumpuni.
Perbandingan antara De Gea dan Onana memunculkan diskusi yang menarik tentang peran kiper dalam sepak bola modern. Apakah kiper modern harus memiliki kemampuan bermain kaki yang mumpuni, atau tetap mengandalkan refleks dan kemampuan menghentikan tembakan?
Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang pasti. Namun, satu hal yang pasti: David de Gea akan selalu menjadi kiper yang tak terlupakan di Old Trafford, dan permainannya di Fiorentina menjadi bukti nyata bahwa ia masih memiliki tempat di hati para penggemar Manchester United.