Perdebatan publik antara dua figur terkemuka di dunia sains dan teknologi, Elon Musk dan Neil deGrasse Tyson, kembali memanas. Kali ini, titik perselisihannya adalah rencana ambisius Elon Musk untuk kolonisasi Mars. Pernyataan Tyson yang menyindir rencana tersebut dalam acara bincang-bincang di HBO memicu reaksi keras dari Musk di media sosial, memicu perdebatan yang lebih luas tentang realitas ekonomi, geopolitik, dan filosofis dari eksplorasi ruang angkasa.
Pernyataan Tyson dalam acara "Real Time With Bill Maher" merupakan kritik tajam terhadap visi Musk. Tyson, astrofisikawan ternama yang dikenal karena kemampuannya menjelaskan konsep-konsep ilmiah yang kompleks dengan cara yang mudah dipahami, mempertanyakan kelayakan ekonomi dan urgensi misi ke Mars. Ia berargumen bahwa sepanjang sejarah eksplorasi ruang angkasa, misi-misi besar dan mahal hanya dilakukan ketika ada urgensi geopolitik yang mendesak, seperti selama Perang Dingin.
"Untuk Elon yang berkata, ‘Mari pergi ke Mars karena itu adalah langkah selanjutnya,’ seperti apa rapat dengan investor ventura itu?" tanya Tyson secara retoris. " ‘Apa yang ingin Anda lakukan, Elon?’ ‘Saya ingin ke Mars.’ ‘Berapa biayanya?’ ‘Satu triliun dolar.’ ‘Apakah aman?’ ‘Tidak, mungkin akan ada yang meninggal.’ ‘Apa keuntungan investasinya?’ ‘Tidak ada.’ Itu rapat lima menit dan tidak akan terjadi."
Pernyataan Tyson ini menyoroti aspek ekonomi yang seringkali terabaikan dalam wacana eksplorasi ruang angkasa. Biaya yang sangat besar untuk misi ke Mars, yang melibatkan pengembangan teknologi roket canggih seperti Starship SpaceX, pembangunan infrastruktur di Mars, dan biaya operasional yang berkelanjutan, menjadi tantangan utama. Tyson dengan tepat menyinggung bahwa "tertarik dengan sesuatu tidak sama dengan bersedia membayarnya."
Lebih lanjut, Tyson mempertanyakan motivasi di balik rencana Musk. Ia menyinggung bahwa jika rencana terraforming Mars—mengubah kondisi Mars agar mirip Bumi—dianggap sebagai rencana cadangan jika Bumi hancur, maka pertanyaan selanjutnya adalah: apa yang telah dilakukan Musk untuk mencegah kerusakan Bumi yang memerlukan rencana cadangan sebesar itu? Ini merupakan kritik yang tajam terhadap pendekatan yang mungkin kurang memperhatikan masalah lingkungan di Bumi dan lebih fokus pada solusi "escape route" ke planet lain.
Komentar Tyson juga menyentuh aspek kelayakan hidup di Mars. Maher, pembawa acara, bercanda tentang siapa yang ingin tinggal di planet dengan suhu minus 200 derajat Celcius tanpa udara dan air. Tyson menambahkan dengan sarkasme, "Jika Anda cukup pintar untuk mengubah Mars menjadi seperti Bumi, maka Anda juga bisa mengembalikan Bumi ke kondisi semula." Pernyataan ini menyoroti ironi dari rencana kolonisasi Mars sebagai solusi untuk masalah Bumi, sementara solusi yang lebih langsung dan mungkin lebih efektif untuk memperbaiki Bumi sendiri seringkali terabaikan.
Reaksi Elon Musk terhadap kritik Tyson di platform X (sebelumnya Twitter) sangat keras. Musk membantah argumen Tyson dengan menyatakan bahwa rencana ke Mars sangat penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang umat manusia dan bahwa ia tidak bergantung pada investor ventura, melainkan mendanai proyek tersebut sendiri. Pernyataan ini menonjolkan perbedaan mendasar dalam perspektif mereka: Tyson berfokus pada realitas ekonomi dan urgensi saat ini, sementara Musk menekankan visi jangka panjang untuk kelangsungan hidup spesies manusia.
Namun, respons Musk melampaui pembelaan terhadap rencana Mars-nya. Ia melontarkan tuduhan yang lebih pribadi terhadap Tyson, menuduhnya "merendahkan diri di hadapan kaum woke kiri ekstrem" dan menghindari "pembatalan" dengan mendukung ideologi tertentu. Tuduhan ini mengalihkan fokus dari perdebatan ilmiah dan ekonomi ke dalam perselisihan pribadi yang melibatkan isu-isu politik dan sosial.
Perdebatan ini bukanlah yang pertama antara Musk dan Tyson. Sebelumnya, Tyson terpaksa menarik kembali pernyataan yang merendahkan pencapaian SpaceX, mengakui kemudian pencapaian SpaceX, khususnya kemampuan pendaratan roket tahap pertama yang dapat digunakan kembali. Meskipun mengakui peran penting perusahaan swasta seperti SpaceX dalam eksplorasi ruang angkasa, Tyson tetap menegaskan bahwa eksplorasi ruang angkasa yang sebenarnya tetap menjadi domain NASA.
Perdebatan Musk dan Tyson ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang arah eksplorasi ruang angkasa. Apakah fokus harus pada misi berawak ke Mars yang mahal dan berisiko, atau pada upaya yang lebih terukur dan berkelanjutan untuk memahami dan melindungi Bumi? Apakah eksplorasi ruang angkasa harus didorong oleh keuntungan ekonomi atau oleh visi jangka panjang untuk kelangsungan hidup manusia? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang mudah, dan perdebatan antara Musk dan Tyson menyoroti kompleksitas dan multi-facetednya isu ini.
Lebih jauh lagi, perdebatan ini juga menyoroti perbedaan antara visi jangka pendek dan jangka panjang. Tyson, dengan latar belakang ilmiahnya, cenderung berfokus pada realitas praktis dan kendala ekonomi saat ini. Musk, sebagai seorang entrepreneur visioner, lebih berorientasi pada tujuan jangka panjang dan bersedia mengambil risiko yang besar untuk mencapai visi tersebut. Kedua perspektif ini penting dan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan eksplorasi ruang angkasa.
Perdebatan ini juga menyoroti peran perusahaan swasta dalam eksplorasi ruang angkasa. SpaceX telah memainkan peran yang semakin penting dalam industri ini, menantang dominasi lembaga pemerintah seperti NASA. Namun, peran dan tanggung jawab perusahaan swasta dalam eksplorasi ruang angkasa masih menjadi subjek perdebatan dan memerlukan regulasi yang jelas untuk memastikan keamanan dan keberlanjutan.
Kesimpulannya, perdebatan antara Elon Musk dan Neil deGrasse Tyson bukanlah sekadar perselisihan pribadi. Ini adalah refleksi dari perdebatan yang lebih luas tentang masa depan eksplorasi ruang angkasa, prioritas kita sebagai spesies, dan bagaimana kita menyeimbangkan ambisi kita dengan realitas ekonomi dan lingkungan. Perdebatan ini, meskipun diwarnai dengan tuduhan pribadi, mengarahkan kita untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan penting tentang tujuan dan arah perjalanan manusia ke luar angkasa. Apakah kita akan fokus pada eksplorasi yang terukur dan berkelanjutan, atau kita akan berlomba menuju tujuan yang ambisius, namun penuh risiko, seperti kolonisasi Mars? Jawabannya, seperti perjalanan ke Mars itu sendiri, masih jauh dari pasti.