Kejutan mengejutkan datang dari petinggi Suzuki. Toshihiro Suzuki, Presiden Suzuki Motor Corporation, secara halus membuka pintu bagi kembalinya pabrikan asal Hamamatsu itu ke panggung balap MotoGP yang glamor. Keputusan Suzuki untuk mundur dari MotoGP pada akhir musim 2022 sempat mengejutkan dunia otomotif, terutama mengingat prestasi gemilang mereka yang berujung pada gelar juara dunia Joan Mir di tahun 2020. Namun, pernyataan terbaru Toshihiro mengindikasikan bahwa keputusan tersebut bukanlah penutupan final, melainkan sebuah strategi jangka panjang yang berfokus pada pengembangan portofolio produk mereka. Kembalinya Suzuki ke MotoGP bukan sekadar soal gengsi dan ambisi balap, melainkan sebuah langkah strategis untuk memperkuat posisi mereka di pasar global.
Pernyataan Toshihiro kepada media Italia, Corriere dello Sport, mengungkapkan inti permasalahan di balik keputusan mundur dan potensi kembalinya Suzuki. Bukan soal kurangnya ambisi atau kemampuan teknis, melainkan sebuah perhitungan bisnis yang cermat. Suzuki menyadari bahwa keikutsertaan di MotoGP membutuhkan investasi yang sangat besar, baik dari segi pengembangan teknologi, tim balap, hingga pemasaran. Investasi tersebut harus seimbang dengan potensi keuntungan yang didapat. Dengan portofolio produk sport mereka yang belum selengkap kompetitor seperti Honda, Yamaha, atau Kawasaki, Suzuki menilai bahwa investasi besar di MotoGP saat ini belum sebanding dengan hasilnya.
"Kemenangan di MotoGP tentu saja sangat penting bagi (citra) kami. Namun, itu tidak menjadi masalah, jika kami tidak memiliki rangkaian model motor lengkap dan beragam untuk semua penggemar sepeda motor," tegas Toshihiro. Kalimat ini menjadi kunci pemahaman atas strategi Suzuki. Keikutsertaan di MotoGP bukanlah tujuan utama, melainkan sebuah alat promosi yang efektif untuk meningkatkan penjualan motor sport mereka. Dengan portofolio yang lengkap dan kuat, kemenangan di MotoGP akan menjadi pengungkit yang luar biasa bagi penjualan. Ini adalah pendekatan yang pragmatis dan berorientasi pada hasil, sebuah strategi bisnis yang cerdas di tengah persaingan global yang ketat.
Pernyataan Toshihiro selanjutnya semakin memperkuat argumen ini: "Penting bagi kami untuk segera menawarkan rangkaian produk lengkap yang bisa memuaskan pengendara motor masa kini. Kalau semuanya berjalan baik, kami akan kembali balapan dan menang lagi." Ini bukan sekadar janji kosong, melainkan sebuah roadmap yang jelas. Suzuki akan fokus terlebih dahulu pada pengembangan dan peluncuran model-model motor sport baru yang mampu bersaing di pasar. Setelah portofolio produk mereka terpenuhi, barulah mereka akan mempertimbangkan kembali keikutsertaan di MotoGP. Ini menunjukkan bahwa Suzuki memiliki rencana yang terstruktur dan terukur, bukan sekadar keputusan impulsif.
Prestasi Suzuki di MotoGP tidak dapat diabaikan. Gelar juara dunia Joan Mir di tahun 2020 membuktikan kemampuan teknis dan kompetitif mereka. Motor GSX-RR terbukti mampu bersaing dengan motor-motor Eropa yang sudah mapan. Keberhasilan ini menjadi bukti kapabilitas Suzuki dalam pengembangan teknologi balap, dan menjadi modal berharga jika mereka memutuskan untuk kembali. Namun, keberhasilan tersebut tidak cukup untuk mengalahkan pertimbangan bisnis yang lebih luas.
Jika Suzuki memutuskan untuk kembali, tahun 2027 menjadi target yang masuk akal. Pada tahun tersebut, regulasi teknis MotoGP akan berubah dengan penggunaan mesin 4-tak 850 cc yang didukung 100% bahan bakar berkelanjutan. Ini memberikan peluang bagi Suzuki untuk mengembangkan teknologi baru dan menunjukkan kemampuan mereka dalam inovasi berkelanjutan. Regulasi baru ini juga dapat meratakan persaingan, memberikan kesempatan bagi Suzuki untuk bersaing lebih efektif dengan pabrikan lain.
Namun, jalan kembali Suzuki ke MotoGP tidak akan semulus yang dibayangkan. Dorna Sports, selaku penyelenggara MotoGP, memiliki kebijakan yang mengharuskan pabrikan baru untuk bekerja sama dengan tim independen yang sudah ada. Ini berarti Suzuki tidak akan langsung bisa tampil sebagai tim pabrikan penuh. Mereka harus melalui fase kerja sama dengan tim independen terlebih dahulu, seperti yang dilakukan Aprilia pada tahun 2015 dengan tim Gresini Racing. Kerjasama ini akan memberikan waktu bagi Suzuki untuk membangun infrastruktur dan tim balap mereka secara bertahap, sambil terus mengembangkan portofolio produk mereka.
Strategi kerja sama dengan tim independen ini memiliki beberapa keuntungan. Pertama, hal ini akan mengurangi beban investasi awal bagi Suzuki. Mereka tidak perlu membangun tim balap dari nol, melainkan dapat memanfaatkan infrastruktur dan pengalaman tim independen yang sudah ada. Kedua, kerja sama ini memungkinkan Suzuki untuk mempelajari seluk-beluk MotoGP secara lebih mendalam sebelum berkomitmen penuh sebagai tim pabrikan. Ketiga, kerja sama ini dapat memberikan kesempatan bagi Suzuki untuk membangun relasi dan jaringan dengan tim dan pebalap yang berpengalaman.
Kembalinya Suzuki ke MotoGP bukanlah sekadar pertarungan di lintasan balap, melainkan sebuah pertaruhan bisnis yang besar. Ini adalah langkah strategis yang membutuhkan perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat. Suzuki harus memastikan bahwa portofolio produk mereka cukup kuat untuk mendukung investasi besar di MotoGP. Mereka juga harus memilih tim independen yang tepat untuk berkolaborasi, dan membangun tim balap yang kompetitif. Jika semua elemen ini terpenuhi, maka kembalinya Suzuki ke MotoGP bukan hanya akan menjadi sebuah kemenangan di lintasan, tetapi juga sebuah kesuksesan besar di dunia bisnis otomotif.
Namun, pertanyaan besar tetap ada: Apakah Suzuki benar-benar akan kembali? Meskipun pernyataan Toshihiro membuka peluang, keputusan akhir masih belum bisa dipastikan. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, termasuk kondisi pasar, perkembangan teknologi, dan strategi bisnis Suzuki secara keseluruhan. Namun, satu hal yang pasti: kembalinya Suzuki ke MotoGP akan menjadi sebuah peristiwa yang sangat dinantikan oleh para penggemar balap motor di seluruh dunia. Ini akan menambah persaingan di kelas utama MotoGP dan meningkatkan daya tarik ajang balap paling bergengsi tersebut. Kisah Suzuki, dari mundurnya yang mengejutkan hingga potensi kembalinya yang penuh strategi, akan menjadi studi kasus menarik dalam dunia bisnis dan olahraga otomotif. Ini bukan hanya tentang kecepatan dan adrenalin di lintasan, tetapi juga tentang perencanaan yang cermat, inovasi yang berkelanjutan, dan strategi bisnis yang tepat sasaran. Kita tunggu saja babak selanjutnya dari kisah Suzuki di dunia MotoGP.