Pertandingan leg pertama babak 16 besar UEFA Conference League 2024/2025 antara FC Copenhagen dan Chelsea di Stadion Parken, Denmark, menyisakan lebih dari sekadar skor akhir 1-2 untuk kemenangan The Blues. Di balik euforia kemenangan Chelsea dan penampilan apik Reece James dan Enzo Fernandez yang mencetak gol, tersimpan sebuah insiden yang menyoroti sisi gelap perilaku sebagian netizen Indonesia: cedera Kevin Diks dan reaksi berlebihan yang berujung pada penyerangan akun media sosial pemain Chelsea, Trevoh Chalobah.
Kevin Diks, bek Timnas Indonesia yang membela FC Copenhagen, terpaksa ditarik keluar pada menit ke-79 karena cedera engkel. Insiden ini terjadi saat ia berduel dengan Chalobah. Namun, rekaman pertandingan dari berbagai sudut pandang dengan jelas menunjukkan bahwa cedera tersebut bukan akibat pelanggaran keras Chalobah, melainkan kesalahan teknis Diks sendiri. Ia salah menempatkan tumpuan kaki saat beradu bola, mengakibatkan cedera engkel yang memaksanya meninggalkan lapangan. Munashe Garananga kemudian masuk menggantikannya.
Meskipun Copenhagen akhirnya kalah tipis 1-2, dengan gol balasan tunggal dari Gabriel Pereira, fokus publik, khususnya di Indonesia, justru tertuju pada kondisi Diks pasca-cedera. Namun, yang lebih mengejutkan adalah reaksi sebagian netizen Indonesia yang, alih-alih memberikan dukungan kepada Diks, justru melakukan tindakan yang memalukan dan berpotensi merugikan citra Indonesia di mata dunia.
Aliran komentar negatif membanjiri akun Instagram Trevoh Chalobah. Mereka menuding Chalobah sebagai penyebab cedera Diks, tanpa mempertimbangkan bukti visual yang jelas menunjukkan bahwa cedera tersebut murni kecelakaan akibat kesalahan Diks sendiri. Tidak ada bukti pelanggaran keras atau tindakan sengaja dari Chalobah. Serangan ini bukan hanya tidak berdasar, tetapi juga menunjukkan kurangnya pemahaman akan dinamika pertandingan sepak bola dan sportivitas.
Tindakan netizen ini jauh dari sikap suporter yang dewasa dan bertanggung jawab. Mereka melupakan prinsip dasar sportivitas dan menyalahkan pihak yang salah. Lebih jauh lagi, beberapa komentar bahkan bernada rasis, sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji dan dapat berakibat fatal.
Dampak dari tindakan ini bisa sangat serius. Chelsea, sebagai klub besar dengan reputasi internasional, sangat sensitif terhadap isu rasisme dan pelecehan terhadap pemainnya di media sosial. Serangan verbal yang dilakukan oleh sebagian netizen Indonesia ini berpotensi memicu reaksi keras dari klub, bahkan bisa berujung pada pernyataan resmi yang mengecam tindakan tersebut. Ini akan menjadi pukulan telak bagi citra penggemar sepak bola Indonesia di mata dunia, dan dapat menimbulkan konsekuensi yang lebih luas.
Kekhawatiran ini diungkapkan oleh banyak pengguna media sosial, khususnya di X (sebelumnya Twitter). Berbagai cuitan mengecam tindakan tersebut dan mengingatkan akan potensi konsekuensi negatifnya. Berikut beberapa contohnya:
-
"Plis gais jangan malu-maluin, cedera Kevin Diks tadi murni karena beliau salah tumpuan. Jangan sampe Chelsea buat pernyataan karena pemainnya kena rasisme," cuitan ini mewakili kekhawatiran banyak orang akan dampak negatif dari tindakan tersebut terhadap citra Indonesia.
-
"Bikin malu aja ajg… Kevin diks yg ngelanggar, yg diserang malah yg dilanggar gblkk," cuitan ini menyoroti ketidakadilan dan kebodohan dari serangan terhadap Chalobah.
"Klean sebelum hate komen/rasis mending pada cek kasusnya pemain Fulham yg dihate org indo dah, udh diincer Interpol itu. Hari apes gada dikalender kawan," cuitan ini mengingatkan akan insiden serupa di masa lalu dan potensi konsekuensi hukum yang serius.
-
"Itu yg pada nyerang begitu merasa dirinya nasionalisme tinggi dan menjadi pahlawan bangsa gitu ya…?" cuitan ini mempertanyakan motif di balik serangan tersebut dan mempertanyakan pemahaman mereka tentang nasionalisme.
-
"Makanya pemain keturunan mikir lagi deh utk jd WNI. Takutnya nanti malah malu krna ulah netizen indo yg nyerang2 pemain lawan kek gini -_-," cuitan ini menyoroti dampak negatif tindakan tersebut terhadap pemain keturunan Indonesia yang ingin membela Timnas.
-
"Jangan sampai Indonesia dicoret dari daftar negara yg dikunjungi Chelsea buat tur pra musim, yakali gue nontonin MU ke Indonesia?" cuitan ini menggambarkan kekhawatiran akan dampak ekonomi dan sosial dari tindakan tersebut.
-
"najis bgt netizen yang nyerang calobah, gara gara Kevin diks cidera karena ulahnya sendiri, malah calobah yg di serang. udh gitu pada rasis lagi commentnya, astaghfirullah bgt," cuitan ini mengecam tindakan tersebut dengan keras dan menyoroti unsur rasisme yang ada.
Kejadian ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi semua penggemar sepak bola Indonesia. Dukungan kepada pemain Timnas harus diwujudkan dengan cara yang positif dan bertanggung jawab. Menyerang pemain lawan di media sosial karena cedera yang murni akibat kesalahan pemain sendiri adalah tindakan yang tidak terpuji dan tidak mencerminkan sportivitas. Lebih jauh lagi, menambahkan unsur rasisme hanya akan memperburuk situasi dan merugikan citra Indonesia di mata dunia.
Kita perlu belajar untuk menghargai sportivitas, memahami dinamika pertandingan sepak bola, dan bertanggung jawab atas tindakan kita di dunia maya. Kejadian ini bukan hanya tentang cedera Kevin Diks, tetapi juga tentang bagaimana kita, sebagai penggemar sepak bola Indonesia, berperilaku dan mewakili negara kita di panggung internasional. Semoga kejadian ini menjadi momentum untuk introspeksi diri dan memperbaiki perilaku kita di dunia maya agar tidak terulang kembali di masa mendatang. Indonesia harus dikenal karena kecintaannya pada sepak bola, bukan karena perilaku netizennya yang tidak terpuji. Mari kita bangun citra positif Indonesia di dunia sepak bola internasional dengan sikap yang lebih dewasa, sportif, dan bertanggung jawab.